
Oleh : Maufur (Rektor Universitas Bhamada Slawi )
7 September 2022 saya menerima undangan melalui WA dari Nur Sidik alias Sengsong untuk acara kumpul-kumpul antara komunitas sastrawan dengan Kepolisian.
Dalam situasi seperti ini, saya menganggapnya sebagai kecerdasan sang pemrakarsa.Dipengantarnya disebutkan sebagai kondisi bangsa negara Indonesia saat ini bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja, terutama dari segi sosial budaya politik keamanan hukum dan masih banyak lainnya.Ini menjadi keresahan kita semua supaya pihak Kepolisian menguatkan integritasnya sebagai garda terdepan dalam bidang hukum, memberi rasa aman dan pengayom masyarakat.
Maka dari itu kami bermaksud mengadakan agenda kesenian dan kebudayaan dengan tujuan ngadem-ngademi jagad.Mari kita bangun dan dorong pihak Kepolisian supaya tetap mempunyai integritas yang tinggi untuk menghadapi kondisi dan situasi sulit ini.
Polisi dan puisi menguatkan integritas kepolisian untuk memberikan rasa percaya terhadap masyarakat, Sabtu 10 September 2022 pukul 19.30 WIB, di Jalan Waringin Gang Mushola Baitussyukur Mangundipuran Mintaragen Kota Tegal
Dimeriahkan oleh Wahyu Ranggati, Jimmy Hc, Iwang Nirwana, Gusmi, Retno Kusrini, Faizal Umat, Abay Ceper, Ki Dyong, Serly Rostarina Ghissiva, Riani Pamulung, juga Hadroh Remaja Mangundipuran.
Sebagai penyampai orasi budaya Enthieh Mudakir, Atmo Tan Sidik dan AKBP Rahmat Hidayat (Kapolresta Tegal).
Itulah acara yang digagas Sengsong, Atmo Tan Sidik dan Kapolresta Tegal serta mendapat respon positif dari teman-teman sastrawan, budayawan maupun seniman dari tiga daerah ; Kota/Kabupaten Tegal dan Brebes
Lalu apa hubungannya dengan judul tulisan di atas ?
Ada orang yang menyodorkan ke saya usul judul tersebut sebagai salah satu jalan keluar dari keadaan dari keadaan polisi sekarang.Selain melakukan gerakan meringankan beban masyarakat akibat kenaikan BBM dan gerakan-gerakan nasional lainnya.
Sodoran judul tersebut seperti jika mencari berarti belum ketemu, jadi perlu dicari. Padahal Padahal seperti yang saya jelaskan kepadanya, bahwa polisi bersikap tegas sudah jelas, tidak usah dicari, sudah ada dengan sendirinya.Karena siapa pun yang masuk ke Akademi Kepolisian atau pendidikan calon polisi sehari-hari dilatih dan dibiasakan disiplin dan tegas. Sehingga lama kelamaan meningkatkan menjadi karakter .
Kemudian ia masih menawar, "tetapi yang tegas dan humanis, pak.'' Lantas saya jelaskan lebih lanjut," polisi kita kan semua masih manusia (Uman/human), bukan robot seperti dibeberapa negara maju seperti di Eropa atau Asia yang tentunya mereka memiliki sikap dasar bersifat humanis.
Namun dia masih mendebat dengan dengan kritisnya. Katanya, tapi kenyataannya tidak semua begitu, masih banyak terdapat polisi yang ketegasannya tidak diiringi sikap humanis .
Ataupun ungkapan itu, lalu saya menegaskan bukan lagi menjelaskan. "Justru itu, karena polisi merupakan manusia juga, jadi masih ada beberapa, bukan banyak, yang dalam posisi khilaf, menyimpang, tidak sesuai dengan peraturan perundangan undangan yang ada. Manusia tempatnya khilaf, lupa, hingga lupa diri dan lupa daratan. Hanya saja bahwa polisi yang tegas dan humanis tidak perlu dicari, karena mereka sudah ada dan jumlahnya sangat banyak.
Sementara ini institusi kepolisian sedang mengalami kemerosotan kepercayaan dari masyarakat itu juga iya, dan disadari juga oleh pihak Kepolisian. Tetapi polisi yang masih dipercaya jumlahnya tentu jauh lebih banyak. Seperti halnya polisi di Kota Tegal yang dikomandani AKBP Rachmat Hidayat, selama yang saya ketahui baik baik saja. Salah satu bukti (disamping bukti-bukti lainnya ) pada Sabtu sebanyak 10 sastrawan, seniman, budayawan, mengadakan acara bersama di Kampung Mangundipuran.
Semua yang hadir merasa salut, mengapresiasi, dan 'krasan' dengan acara seperti itu.Terbukti dari komentar-komentar mereka.(*)