
Penulis : Siska W
Namaku adalah Devi ketika duduk dikelas 8 aku mempunyai dua sahabat namanya adalah Nada dan Lala. Mereka begitu baik dan perhatian kepada ku. Di sekolah kami juga mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di bidang olah raga yang sama karena ternyata kami menyukai olah raga yang sama. Setiap latihan kami selalu datang dan pulang bersama. Apapun kegiatan yang diberikan kami selalu mengerjakannya bersama-sama.
Suatu hari ketika ada lomba kami bertiga ditunjuk oleh guru ekskul untuk mengikuti lomba tersebut di luar kota. Hasil dari lomba aku mendapat juara 1 sementara Nada meraih Juara 3 dan Lala belum berhasil meraih medali apapun. Kami merasa senang dan bahagia karena ini adalah prestasi dan pengalaman pertama kami mengikuti lomba di luar kota.
Begitu ada lomba lagi aku dan teman-temanku diminta untuk berpartisipasi mengikutinya dan hasilnya pada waktu itu aku mendapakan 3 medali begitu juga dengan sahabatku mereka juga mendapat 2 medali.. Dengan prestasi yang ku raih, aku semakin terpacu dan termotivasi untuk lebih giat lagi berlatih dan berlatih.
Entah mengapa setelah pulang mengkuti lomba tiba-tiba mereka berubah kepada ku. Sikapnya begitu acuh dan tak peduli bahkan menyapaku juga mereka sudah malas. “Ayo Nada, Lala kita ke kantin bareng yuk?” Kamu aja yang pergi kami belum lapar jawab Nada dengan ketus. Dengan perasaan kecewa dan sedih aku terpaksa pergi ke kantin sendirian, sambil berfikir kesalahan apa yang telah ku lakukan sehingga mereka berubah seperti itu. Tapi sudahlah mungkin mereka lagi bad mood fikirku.
Hari berganti hari kedua sahabatku itu semakin nampak perubahannya. Mereka tidak mau lagi berteman denganku bahkan beberapa temanku yang lain di pengaruhi juga agar menjauhiku. Akupun bertanya kepada Lala.
” La kenapa akhir-akhir ini kamu berubah dan menjauhiku?” Lala pun menjawab memang kenapa? Itu suka-suka saya mau jauh apa dekat denganmu bukan uruasan kamu, faham? Mendengar jawaban seperti itu hatiku sedih entah salah apa yang kulakukan hingga mereka benar-benar benci dan sudah tidak mau lagi bersahabat denganku. Padahal selama ini aku selalu berkorban, berbuat baik dan menjaga perasaan mereka. Tapi mungkin mereka benar-benar sudah membenciku dan tidak lagi menganggap aku sebagai sahabatnya.
Pada akhir tahun, guru ekskul meminta kami lagi untuk berpartisipasi mengikuti lomba lagi. Aku merasa senang karena ku fikir mungkin ini dapat mendekatkan persahabatan kami kembali. Tapi ternyata aku tidak menyangka Nada dan Lala berkata “ maaf pak kami tidak mau ikut lagi, kami juga mau berhenti mengikuti ekskul itu, biar saja si Devi yang mengikutinya. Akhirnya akupun berangkat sendiri bersama dengan tim yang lain. Walaupun kedua sahabatku itu tidak mau lagi ikut tapi aku tetap bersemangat dan melupakan masalah dengan teman-temanku agar aku bisa fokus dalam lomba yang ku hadapi.
Ketika aku kembali, terjadi perubahan yang begitu drastis, aku kaget karena mereka tidak lagi memanggil namaku bahkan diganti dengan sebutan “ Badut” eh si badut sudah datang selamat ya badut kamu menang lagi kata Nada sambil tertawa. Aku hanya diam dan tak memperdulikannya sambil menyapa teman-temanku yang lain. Aku berusaha untuk tenang dan tidak membalas ejekan mereka. Namun setiap harinya aku selalu dipanggil Badut. "Eh Badut kamu kok lucu ya kamu itu cocoknya kamu itu berteman dan bermain sama anak-anak kecil, badut kan menghibur anak-anak kecil bukan sama kami," kata Lala sambil tertawa di hadapan teman-temanku yang lain. Aku hanya diam dan pergi karena tidak mau membalas ejekan mereka namun tanpa kusadari airmataku mengalir membasahi pipi.
Aku sudah tidak tahan lagi atas apa yang mereka lakukan padaku setiap hari aku selalu disinggung dan diejek oleh mereka. Akhirnya masalah inipun ku ceritakan pada ibuku. "Ibu, Devi sudah tidak tahan lagi sekolah di situ, setiap hari selalu dihina dan diejek oleh teman-teman, tolong Devi bu, izinkan Devi pindah dan carikan sekolah yang lain agar bisa konsentrasi belajar dan perasaan Devi bisa lebih tenang,". Ibu lalu menasehatiku. Kata ibu, "Nak ingatlah tujuan awalmu masuk ke sekolah itu dengan niat untuk mencari ilmu dan prestasi bukan mencari musuh ataupun lawan. Ingatlah apapun yang mereka katakan entah itu baik ataupun buruk tentangmu yang membuat kamu sakit hati ataupun tersinggung tidak perlu berkecil hati dan jangan difikirkan nak biarkan saja mereka tidak perlu di tanggapi . Ingat tujuan awalmu ke sekolah itu," kata ibu. Akupun sedikit lega dengan apa yang dikatakan ibu dan kembali bersemangat untuk belajar lagi walaupun aku harus menghadapi ejekan yang menyakitkan dari mereka setiap hari.
Pada saat kegiatan belajar berlangsung, Tiba-tiba aku dipanggil menghadap wali kelas di ruang guru. Aku kaget dan berfikir ada apa lagi ya kesalahan apa yang sudah ku perbuat, kenapa tiba-tiba dipanggil menghadap ibu Dira fikirku . Begitu masuk ruang guru aku melihat ada ibuku sedang ngobrol bersama ibu Dira. Ibu menceritakan semua masalah ini karena dia tidak ingin aku terus-terusan menjadi korban bullying teman-temanku. Ibu Dira berkata Devi selama ini kamu anak yang kuat, tangguh dan penuh semangat, kamu selalu bersikap baik kepada teman-temanmu. Kenapa disaat kamu menghadapi masalah ini tidak cerita ke ibu?. seharusnya kamu terbuka dan menceritakan semua masalah yang kamu hadapi kepada ibu kata ibu Dira. Ya mungkin saja mereka itu iri padamu atas prestasi yang telah kamu capai selama ini. Aku hanya diam dan menangis karena sudah tidak tahan dengan apa yang kualami selama ini benar-benar membuat hatiku sakit dan hancur karena perbuatan mereka. Baik nanti akan ibu selesaikan masalah ini secepatnya, ibu harap kamu tenang dan sabar ya Devi kata bu Dira.
Walaupun ibu Dira sudah menyelesaikan masalah ini, namun perlakuan Nada dan Lala tetap saja tidak berubah bahkan semakin parah. Mereka mempengaruhi teman-teman yang lain untuk menjauhiku. Aku hanya bisa menangis setiap hari. Bukannya aku tidak mau melawan tapi aku selalu mengingat kata- kata ibuku. Karena tidak tahan lagi akhirnya aku benar-benar meminta ibu agar secepatnya memindahkanku ke sekolah yang lain.Sambil menangis aku berkata kepada Ibu. “Ibu, Devi sudah tidak kuat dan tidak tahan lagi untuk bersekolah di situ tolong bu tolonglah pindahkan Devi secepatnya," pintaku.
Awalnya ibu tidak setuju, namun karena melihat kondisiku akhirnya ibu tidak tega dan setuju untuk memindahkanku ke sekolah lain. Sebelum pindah aku berpamitan meminta maaf dengan guru dan teman-teman sekelasku. Teman-teman maafkan aku ya jika selama ini banyak berbuat salah kapada kalian. Ah sudahlah tidak penting juga lagi pula tidak ada yang perlu dimaafkan kata Nada dan Lala dengan wajah yang sinis. Tapi sudahlah biarkan saja karena setidaknya aku sudah bebas dari tekanan tidak lagi menjadi korban bullying mereka setiap hari.
Di sekolah yang baru aku merasa begitu senang dan nyaman berada disana. Semua guru-guru dan teman-temanku begitu baik dan menghargaiku. Segala aktivitasku selalu di dukung sepenuhnya oleh mereka akupun bangkit kembali dan bersemengat untuk meraih prestasi yang lebih baik lagi . Aku sangat bersyukur karena dikelilingi oleh orang-orang yang begitu baik, pengertian dan saling menghargai. Perasaanku sangat bahagia karena di sekolah inilah aku menemukan sahabat-sahabat yang memperlakukanku begitu baik dan selalu menyemangati serta mendukungku sepenuhnya tanpa didasari oleh rasa iri dan dengki.(*)